Akan Selalu Ada Pertarungan
Ketupat Kosong
Ramadhan, Kemerdekaan, dan Hujan
Dipersatukan Sebuah Kelahiran
Menulis Dosa
Teringat aku yang dulu, senang sekali menulis dosa sebelum tidur. Aku benar-benar menuliskannya di secarik kertas. Sekecil apapun kesalahan yang aku lakukan, aku tuliskan dengan detilnya. Aku sadar, catatanku tak akan pernah sedetil catatan malaikat. Aku menuliskan dosa karena aku sadar bahwa terlalu banyak kebaikan yang aku lewati, makanya aku tidak pernah menulis daftar kebaikan. Boleh jadi yang ku anggap baik malah bernilai buruk.
Aku tidak begitu baik dalam perangai. Atau mengembun dalam seringai. Aku memberi batasan bahwa kebaikan adalah tidak merugikan. Menilai baik dan buruk bagiku sebagai sebab akibat, untung rugi dan aksi reaksi.
Menulis dosa bagiku menyenangkan, kadang seperti hiburan menjelang kematian. Menuliskan dosa, menjadi ritual bagiku, aku yang dulu.
Aku, Asap, dan Soda diantara Bayangan Masa Lalu
Bahagia Bukan Pilihan
Tapi bisa dibayangkan, jika hanya ada dinding dihadapan, atau sekedar pagar rumah yang menjadi pembatas. Kau hanya hidup diantaranya. Melangkah keluarnya pun tak pernah bisa membuat optimis membekas, hanya kesenangan yang kemudian lenyap ditelan suasana ketika kembali menatap dinding-dinding dan melangkah ke pagar rumah yang bisu.
Bertarung dan Menang
Semua Petarung menunjukkan kemampuan terbaik yang dimiliki sekaligus merupakan ujian atas hasil latihannya selama ini. Yang terpenting dalam sebuah pertarungan adalah pengendalian diri. Pengendalian diri adalah senjata yang paling ampuh untuk mengalahkan ketakutan.
Pemenang pertarungan ini akan mendapatkan medali sebagai perlambang keberhasilan. Tapi bagiku, medali yang paling berharga dalam suatu pertarungan adalah persaudaraan.