30 March 2010

Kenapa 'Waru'? (2)




Waru ! empat huruf yang sekarang melambangkan aku sebagai sebutanku dalam hidupku. Waru memang bukan nama asliku. Panggilan ini pertama kali dilontarkan oleh Kang  Rimba dan Teh Non (Dara Mentari Dradjat), pelatihku di Satlat Tarung Derajat tempatku berlatih. Sebelumnya memang sudah ku tahu kalau Waru adalah sebuah pohon yang aku simpulkan sebagai perlambang kekuatan dan kemanfaatan maka panggilan pertama kali itu aku tuliskan dan ku simpan sebagai sebuah penghargaan. Sebagian dari teman juga sering berujar, 'Waru' kini adalah sosok yang kuat dan tegar, apalagi setelah perjalanan mendekam dalam dimensi ruang yang kaku, dingin, dan berantakan.
27 March 2010

Asap yang setia memuja langit

Kenapa 'Waru'? (1)


Waru atau baru (Hibiscus tiliaceus,suku kapas-kapasan atau Malvaceae), juga dikenal sebagai waru laut telah lama dikenal sebagai pohon peneduh tepi jalan atau tepi sungai dan pematang serta pantai. Walaupun tajuknya tidak terlalu rimbun, waru disukai karena akarnya tidak dalam sehingga tidak merusak jalan dan bangunan di sekitarnya.Di Indonesia tumbuhan ini memiliki banyak nama seperti: baru (Gayo, Belitung, Md., Mak., Sumba, Hal.); baru dowongi (Ternate, Tidore); waru (Sd., Jw., Bal., Bug., Flores); haru, halu, faru, fanu (aneka bahasa di Maluku); dan lain-lain.
20 March 2010

Kosong (2)

Saat jejari ini menekan tuts keyboard, sesungguhnya aku dalam keadaan yang sangat labil. Fisikku terasa melemah. Mungkin saja otak ini sesekali menyeterum agar sadar tersisa.
18 March 2010

Tetap di darat atau sudah di Udara?

Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar orang sudah meninggal. Seperti tak ada daratan. Semua mengudara, hidup dalam lingkungan data dari dunia maya. Seperti tak bisa jauh. Malah kehidupan di dunia maya telah menjadi prioritas dibanding hidup yang sesungguhnya. Lebih jauh lagi, hidup di dunia nyata tak bisa berjalan jika tidak hidup di dunia maya. Sesungguhnya mereka yang hidup di dunia maya sebagiannya adalah orang-orang yang merasa jenuh dengan kehidupan yang sesungguhnya. Ada pula yang memang sudah 'terdepak' dari hidupnya di 'daratan' sehingga memilih 'udara' yang memang membebaskannya untuk 'terbang' tanpa terhalang. Banyak variasi makhluk yang hidup antara daratan dan udara. Sebagiannya lagi hanya 'mampir' saja ke 'udara' untuk sekedar mencari teman masa lalu, mencari teman baru, menyalurkan hobi, berbisnis dan berbagai alasan lainnya. Tapi terus terang saja, yang menarik perhatianku adalah penghuni 'udara' dengan latar belakang terusir dari 'daratan', ironi memang. Apakah lingkungan kehidupan nyata yang telah tega padanya? Atau memang ia yang tak bisa bicara pada dunia? Hidup di 'daratan' dan atau di 'udara' adalah pilihan.Yang terpenting adalah kita hidup dengan tidak melupakan fitrah sebagai manusia; berbagi, toleran, saling menolong, empati, dan ber-Tuhan.

Tidak untuk kalian

Sudah terprogram di pikiran dan hati kalian jika aku bukan siapa-siapa.Tapi aku manusia ! Mengapa seperti benci yang mengalir dalam pembuluh darah kalian?apa salah ku saat aku diam saja?jangan kira aku tak bisa berbuat apa-apa.Ah, tingkah kalian hanya menambah aktivitasku saja, padahal aku sudah cukup sibuk untuk menjadi baik. Maka aku dan segenap akal, hati dan pikirku kompak berkata TIDAK !
16 March 2010

Tarung Derajat

Saat majemuk memalingkan wajahnya dariku ketika aku jatuh tersungkur. Tarung Derajat 'merangkul pundakku' dan 'menyapu' debu-debu di wajahku dengan sabarnya seperti orangtua pada anaknya.

Kosong

13 March 2010

Amarah bukan air bah

baris-baris tulisan adalah amarah yang mengalir, tapi bukan air bah yang tak punya alur untuk mengalir.Ini adalah wajah orang-orang yang dikata lemah, namun itu salah.Orang yang dikata lemah nyatanya sudah gerah.Kami punya cara untuk melakukan apapun untuk mencelakkan Anda wahai 'Tuan Sempurna'.Tuan yang melihat sosok dari tampilan.Tuan yang meleceh remeh.Amarah ini adalah gerbang untuk kami merdeka dari penindasan perasaan.Saat kami sudah tak tahan,kami pun bangkit.Dalam sekejap sudah melintas rencana matang untuk 'memperbudakkan' Tuan.Ah,kami pikir jika kami bisa menahan kobar-kobar setan yang berbisik di ulu hati,kami kira lebih utama.Kami bukan binatang, bernaluri buas jika merasa terusik. Tapi makhluk hidup mana yang tak punya indera bertahan diri?adalah utama jika menahan diri saat dapat berbuat apa saja.(bersambung...)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...