30 March 2010

Kenapa 'Waru'? (2)




Waru ! empat huruf yang sekarang melambangkan aku sebagai sebutanku dalam hidupku. Waru memang bukan nama asliku. Panggilan ini pertama kali dilontarkan oleh Kang  Rimba dan Teh Non (Dara Mentari Dradjat), pelatihku di Satlat Tarung Derajat tempatku berlatih. Sebelumnya memang sudah ku tahu kalau Waru adalah sebuah pohon yang aku simpulkan sebagai perlambang kekuatan dan kemanfaatan maka panggilan pertama kali itu aku tuliskan dan ku simpan sebagai sebuah penghargaan. Sebagian dari teman juga sering berujar, 'Waru' kini adalah sosok yang kuat dan tegar, apalagi setelah perjalanan mendekam dalam dimensi ruang yang kaku, dingin, dan berantakan.
Sedang 'Waru' beserta masa lalunya adalah orang yang selalu ingin memberi tanpa alih-alih situasi, selalu dalam posisi ingin membantu. Tapi apalah daya 'Waru' sekarang tak bisa berbuat banyak untuk membagi energi, terlalu banyak dihabiskannya mengurus diri. Bukan misi, tapi sebuah kenyataan hidup. Harus tetap kokoh saat dunia mencoba merobohkannya, ibarat ingin digusur oleh sebuah peradaban yang dikata modern, ya hanya sebuah ibarat. 'Waru' saat ini adalah setitik koordinat yang menginjak pada bumi lalu sesekali tersinar matahari, lebih dominan dalam kegelapan. Berada dalam gelap bukanlah harapan atau ingin. Berada dalam gelap bukanlah berarti berada dalam kesia-siaan. Melainkan mencari secelah terang untuk sebuah menang. Kemenangan yang akan memberi rasa paham 'Waru' bahwa ia benar-benar kuat dan bermanfaat.


"Aku orang malam yang membicarakan terang.." sepenggal lirik lagu kehidupan dari Erros. Aku bergumam, 'Cahaya Bulan' adalah penggalan skenario hidupku. Kala gelombang-gelombang suara 'Cahaya Bulan' masuk melalui indera telingaku lalu memaksa otakku untuk merangsang kelenjar air mataku, tak berdaya aku dibuatnya. Aku tunduk pada tangisan mengingat bahwa sangat keras aku dalam kehidupan, sampai seorang sahabat pun memintaku pulang agar tak bertahan di wilayah orang dengan sesegala yang kurang. Aku akan tetap berdiri pada kakiku, meski aku harus terjatuh berkali-kali ataupun aku dijatuhkan, aku akan melawan untuk berdiri.

Bukanlah 'Waru' jika lemah adalah alasan. Adalah menyerah jika aku harus meninggalkan daratan ini, kota ini. 'Waru' akan terus hidup meski dengan cucuran darah segar di pelipis matanya. 'Waru' akan tetap berdiri. Hingga 'Waru' menjadi titik-titik koordinat di bumi yang menjauh tak berhingga dari arah sumbu negatif kehidupannya. Hingga 'Waru' adalah kuat dan bermanfaat. Waru !

3 Comment:

  1. iya,waru akan terus berdiir,dan saya yakin waru pasti akan ajdi sosok yg bermanfaat,amin :)

    ReplyDelete
  2. BOX,,,dari satlat mana,,,????

    ReplyDelete
    Replies
    1. BOX! Asalnya Satlat Buah Batu, sekarang saya di Banda Aceh

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...